Mengenai Saya
- Bambang Kussriyanto
- Seorang penggemar buku sejak remaja. Banyak baca. Sambil baca buku bahasa asing, menerjemahkan sekalian. Banyak ngobrol. Maka jadi guru, trainer dan konselor. Belajar terus supaya bisa memberi jawaban dalam banyak hal.
Rabu, 25 April 2012
BUDAYA MENUJU HIDUP, BUDAYA KEHIDUPAN
Maman Cmrank menulis dalam Facebook: "BUDAYA KEMATIAN. Kita mengenal sebagaimana Paus Yohanes Paulus II menciptakan istilah "budaya kematian" bagi masyarakat sekular kita. Budaya kematian mempromosikan toleransi terhadap kematian. Seperti beberapa musik modern dan rock kelompok, memuliakan kematian, misalnya ada band rock bernama Megadeath (Maut Agung), dan ada pula film populer berjudul Halloween (Eve dari All Hallows) yg mempromosikan hari kematian adalah romantis. Itulah tempat ajang pameran setan. Oleh karena itu setan memimpin orang menjauh dari hidup. Setan pergunakan kesempatan meyakinkan orang2 memungkiri Yesus, Sang Kehidupan. Allah telah memberikan pilihan kpd kita: hidup atau mati. Pilihlah kehidupan (Ul 30:19). Pilihlah Yesus "Kebangkitan dan Hidup". Haleluya. Met mlm shbt. Gb all!
Kebudayaan yang dibayangi maut (culture shadowed by death) adalah istilah yang sudah diperkenalkan oleh Paus Paulus VI dalam Ensiklik HUMANAE VITAE pada tahun 1968. Pada waktu itu Paus Paulus VI mengajarkan kembali penghargaan atas nilai-nilai hidup manusia sejak berupa embrio sampai ketika usia uzur, jangan sampai hak hidup dirampas oleh praktek aborsi dan kontrasepsi, pembunuhan, hukuman mati, sampai dengan eutanasia, menyuntik orang tua yang sudah tidak produktif dan sakit-sakitan agar mati saja. Sebab hidup adalah milik Allah dan mempunyai keindahan di setiap tahapnya.
Karena semakin maraknya tindakan orang merampas hidup semena-mena dengan meledakkan bom bunuh diri dan membunuh banyak orang secara semena-mena dengan pelbagai tindakan pembajakan, terorisme dan kriminal, yang seolah merupakan artikulasi dari budaya politik pemaksaan kehendak, Paus Yohanes Paulus II dalam rangka peringatan 25 tahun HUMANAE VITAE menerbitkan ensikliknya tentang EVANGELIUM VITAE atau iNJIL KEHIDUPAN. Dalam ensiklik yang dikeluarkan pada tahun 1995 ini, almarhum Paus Yohanes Paulus II menegaskan kembali ajaran Paulus VI dalam Humanae Vitae dalam pilihan tindakan-tindakan yang berdampak sosial luas dan mengakibatkan kematian banyak orang yang tidak bersalah, termasuk perdagangan dan penyalahgunaan narkoba yang semakin marak. Paus Yohanes Paulus II mengecam pola pikir (budaya) manusia yang mempermainkan maut, sementara Allah dengan setia memelihara kehidupan di segala zaman.
Kepada umat-Nya, di dalam Perjanjian Lama Allah berfirman: "Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya. Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya. Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu" (Ul 30:15-19)
Dalam Perjanjian Baru juga terdapat tema tentang dua jalan – yang satu mengantar pada hidup, yang lain ke arah kematian – dirumuskan dalam Injil-injil berdasarkan penerimaan atau penolakan seseorang pada Kristus. Penerimaan Kristus adalah jalan kepada hidup (Mat 3:3; Mrk 1:2; Luk 3:4; 7:27; Yoh 1:23), jalan damai (Luk 1:79; Kis 13:10; 2 Ptr 2:2). Yang utama, Kristus sendiri menyebut diri-Nya jalan ke arah Bapa di surga (Yoh 14:6; Ibr 9:8; 10:20). Didakhe 1-6 mengulangi gagasan tentang dua jalan ini, dengan pengertian bahwa yang menjadi jalan hidup adalah Kristus: “Ada dua jalan, yang satu jalan hidup, yang lain jalan kematian; dan di antara keduanya terdapat jurang perbedaan yang besar” (KGK 1696).
Budaya adalah pergumulan budi dan daya usaha manusia di jalan yang ditempuhnya. Maka selaras dengan tema alkitabiah tentang dua jalan, ada budaya manusia yang mengarah pada hidup, dan ada budaya manusia yang menuju kematian. Dalam budaya itu ada juga filsafat hidup dan filsafat kematian. Lalu ada praktek-praktek yang mendukung hidup, dan praktek-praktek yang mengarah kematian.
Gereja yang sendirinya juga merupakan "jalan" dalam partisipasinya pada hidup Kristus, mengarahkan segenap umat beriman kepada kehidupan. Maka budaya Gereja tidak bisa lain daripada budaya kehidupan, budaya menuju hidup. Meluhurkan hidup sejak dari pembuahan sampai pada kematian yang wajar, untuk kemudian diantar pada hidup kekal. Dalam ajarannya, Gereja mengarahkan umat untuk melawan hal-hal yang bertentangan atau merugikan kehidupan, dan itu meliputi: aborsi, sterilisasi, kloning manusia, kontrasepsi, human embryonic stem cell dan fetal research, euthanasia, pembunuhan dan bunuh diri, hukuman mati, dan perang yang tidak adil.
Sebaliknya untuk mendukung hidup yang semakin baik, Gereja mendukung dan menyarankan kasih persaudaraan dan amal kasih, membela dan meningkatkan mutu perkawinan, peran ibu, peran ayah, kemurnian, kesetiaan dan berbagai keutamaan/ kebajikan, termasuk donor organ tubuh secara sukarela atas dasar kasih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar