Mengenai Saya

Foto saya
Seorang penggemar buku sejak remaja. Banyak baca. Sambil baca buku bahasa asing, menerjemahkan sekalian. Banyak ngobrol. Maka jadi guru, trainer dan konselor. Belajar terus supaya bisa memberi jawaban dalam banyak hal.

Rabu, 25 April 2012

"The Infallibility of the Pope"

Pertanyaan Mas Anton Isdarianto: Dulu di Grup Ajaran Sosial Gereja saya pernah bertanya tentang dogma "Extra Ecclesiam Nulla Salus" yang mendapat response yang bagus dari mas Bambang Kuss dan beberapa teman, maka saya untuk kali ini juga mengundang teman-teman semua untuk memberikan tanggapan atas dogma "The Infallibility of the Pope" ini. Terimakasih. Jawaban Bambang Kuss: Misalnya kita sedang omong-omong santai dengan Paus Benediktus XVI dan percakapan menyangkut Liga Champion. Paus menjagoi Bayern Munchen. Ia meramalkan partai final adalah Bayern lawan Milan. Sedang kita menjagokan Real Madrid. Dan partai final adalah Madrid lawan Chelsea. Berapa persen kemungkinannya Paus akan benar? Mari kita ajak Paus datang di tempat ujian para murid SMU. Kasihkan soal kimia padanya dan biarlah dia mengerjakan soal ujian kimia itu juga. Dari 100 soal kimia yang disajikan, apakah jawaban Paus akan benar semua? Kira-kira berapa persen jawabannya yang tidak salah? Apakah Paus tidak pernah berdosa? Almarhum Paus Yohanes Paulus II mengaku dosa seminggu sekali. Jadi apa artinya infalibilitas? Dalam hal apa Paus (dan Gereja) tidak dapat sesat? Ramalan Paus tentang sepakbola bisa keliru. Jawaban Paus tentang soal kimia ujian akhir SMU bisa dapat nilai 3. Sebagai manusia paus mengaku dosa, karena ia berdosa. Tapi dalam iman kita Ia tak dapat sesat (infalibel).... Bagaimana dan mengapa? Mari kita tengok penjelasan KATEKISMUS GEREJA KATOLIK yang disusun dan diterbitkan 30 tahun sesudah Konsili Vatikan II dibuka. Soal tak bisa sesat (infalibilitas) itu diletakkan di bawah judul "Wewenang Mengajar" (kadang-kadang disebut "Kuasa Mengajar" atau Magisterium)


  888 Bersama para imam, rekan sekerjanya, para Uskup mempunyai "tugas utama... mewartakan Injil Allah kepada semua orang" (PO 4), seperti yang diperintahkan Tuhan (bdk. Mrk 16:15). Mereka adalah "pewarta iman, yang mengantarkan murid-murid baru kepada Kristus dan mereka pengajar yang otentik atau mengemban kewibawaan Kristus" (LG 25). 889 Untuk memelihara Gereja dalam kemurnian iman yang diwariskan oleh para Rasul, maka Kristus yang adalah kebenaran itu sendiri, menghendaki agar Gereja-Nya ambil bagian dalam sifat-Nya sendiri yang tidak dapat keliru. Dengan "cita rasa iman yang adikodrati", Umat Allah memegang teguh iman dan tidak menghilangkannya di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja yang hidup (bdk. LG12;DV 10).

 890 Perutusan Wewenang Mengajar berkaitan dengan sifat definitif perjanjian, yang Allah adakan di dalam Kristus dengan Umat-Nya. Wewenang Mengajar itu harus melindungi umat terhadap kekeliruan dan kelemahan iman dan menjamin baginya kemungkinan obyektif, untuk mengakui iman asli, bebas dari kekeliruan. Tugas pastoral Wewenang Mengajar ialah menjaga agar Umat Allah tetap bertahan dalam kebenaran yang membebaskan. Untuk memenuhi pelayanan ini Kristus telah menganugerahkan kepada para gembala karisma "tidak dapat sesat" [infallibilitas] dalam masalah-masalah iman dan susila. Karisma ini dapat dilaksanakan dengan berbagai macam cara.

 891 "Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, kepala dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman, menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif... Sifat tidak dapat sesat, yang dijanjikan kepada Gereja, ada pula pada Badan para Uskup, bila melaksanakan wewenang tertinggi untuk mengajar bersama dengan pengganti Petrus" (LG 25) terutama dalam konsili ekumenis (bdk. Konsili Vatikan 1: DS 3074). Apabila Gereja melalui Wewenang Mengajar tertingginya "menyampaikan sesuatu untuk diimani sebagai diwahyukan oleh Allah" (DV 10) dan sebagai ajaran Kristus, maka umat beriman harus "menerima ketetapan-ketetapan itu dengan ketaatan iman" (LG 25). Infallibilitas ini sama luasnya seperti warisan wahyu ilahi (bdk. LG 25).

892 Bantuan ilahi juga dianugerahkan kepada pengganti-pengganti para Rasul, yang mengajarkan dalam persekutuan dengan pengganti Petrus, dan terutama kepada.Uskup Roma, gembala seluruh Gereja, apabila mereka, walaupun tidak memberikan ketetapan-ketetapan kebal salah dan tidak menyatakannya secara definitif, tetapi dalam pelaksanaan Wewenang Mengajarnya yang biasa mengemukakan satu ajaran, yang dapat memberi pengertian yang lebih baik mengenai wahyu dalam masalah-masalah iman dan susila. Umat beriman harus mematuhi ajaran-ajaran otentik ini dengan: "kepatuhan kehendak dan akal budi yang suci" (LG 25), yang walaupun berbeda dengan persetujuan iman, namun mendukungnya. Catatan April 3, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar